Tampilkan postingan dengan label Gangguan Jiwa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gangguan Jiwa. Tampilkan semua postingan
CALEG Gangguan Jiwa Pasca-Pemilu Bisa Sembuh, Jangan Malu Berobat

CALEG Gangguan Jiwa Pasca-Pemilu Bisa Sembuh, Jangan Malu Berobat

10.07

Gangguan Jiwa Pasca-Pemilu Bisa Sembuh, Jangan Malu Berobat

Gangguan Jiwa Pasca-Pemilu Bisa Sembuh, Jangan Malu Berobat

Gangguan Jiwa Pasca-Pemilu Bisa Sembuh, Jangan Malu Berobat Calon anggota legislatif atau caleg yang gagal terpilih dalam pemilihan umum atau Pemilu 2019 rentan mengalami stres. Stres berat yang tidak ditangani bisa menyebabkan depresi. Dan depresi merupakan bagiuan dari gangguan jiwa

Direktur RS Jiwa HB Saanin Padang drg Ernoviana mengatakan, gangguan jiwa dapat dialami seseorang dalam beberapa tingkatan, dari yang paling ringan sampai yang berat.  "Yang paling ringan adalah mengalami penyimpangan, misalnya ketika seseorang kerap bermenung maka tidak ada salahnya untuk dibawa berkonsultasi," ujar dia di Padang, Kamis, 18 April 2019. 
Ia mengatakan bahwa gangguan jiwa ini tergolong penyakit yang bisa diobati dan disembuhkan. Jadi, orang yang mengalaminya tak perlu khawatir berkepanjangan. 

Hanya saja, ia mengakui bahwa pandangan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa ini masih negatif. Itu sebabnya, banyak orang malu membawa anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa untuk diobati dan ditangani dengan tepat.
Menurut Ernoviana, Rumah Sakit Jiwa HB Saanin Padang siap melayani calon anggota legislatif yang mengalaminya. "Kami memiliki 314 kamar untuk rawat inap serta ada 10 tim dokter meliputi psikiater dan psikolog yang siap membantu," katanya.
Menurut dia, dari 314 kamar yang tersedia, hanya 176 yang terisi atau masih ada 138 kamar lagi yang kosong.

Sebelumnya, pada pelaksaan hari pencoblosan Pemilu 2019 satu orang pasien dengan gangguan jiwa juga ikut menyalurkan hak pilih di RS Jiwa HB Saanin Padang.
Awalnya ada lima orang yang layak untuk mencoblos, namun pulang sebelum hari H sehingga tinggal satu orang, ujarnya. Satu orang pasien tersebut melakukan pencoblosan di RS Jiwa HB Saanin didatangi oleh petugas KPPS karena tidak memungkinkan untuk keluar dari area rumah sakit
Sumber: https://gaya.tempo.co/read/1196935/g...t/full&view=ok
Prabowo Disebut Berpotensi Mengalami Gangguan Kejiwaan

Prabowo Disebut Berpotensi Mengalami Gangguan Kejiwaan

09.58
Prabowo Disebut Berpotensi Mengalami Gangguan Kejiwaan

Prabowo Disebut Berpotensi Mengalami Gangguan Kejiwaan

Jakarta: Prabowo Subianto berpotensi mengalami gangguan kejiwaan. Indikasi itu terlihat ketika Prabowo ngotot dirinya memenangi Pilpres 2019 dan tiga kali mendeklarasikan kemenangan.

Pakar psikologi politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk menjelaskan gangguan kejiwaan semacam itu disebut delusi. "Delusi itu, orang yang sulit menerima realita. Kecuali realita itu cocok dengan apa yang dia khayalkan," kata Hamdi kepada Medcom.id, Jumat, 19 April 2019.

Prabowo ogah memercayai hasil quick count lembaga survei yang menunjukkan Joko Widodo-Ma'ruf Amin lebih unggul. Prabowo kukuh menang sesuai hasil penghitungan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Uno.

Kecenderungan delusi muncul karena Prabowo tak mau menerima kenyataan. Ia mengklaim meraup 77,94 persen suara berdasarkan real count BPN hingga pukul 22.00 WIB malam, Kamis, 18 April 2019. Kenyataannya, lembaga survei kredibel jelas menunjukkan kemenangan Jokowi-Ma'ruf.

"Nah, masalahnya, Bapak ini kan ngotot. Dia bilang data yang benar adalah real count-nya dia," ujar dia.

BPN, terang Hamdi, seharusnya terbuka dan berani membandingkan hasil real count BPN dengan lembaga survei lainnya. Validitas real count BPN wajar dipertanyakan bila tak pernah ditunjukkan kepada publik. Keterbukaan BPN sebenarnya bisa menunjukkan kubu Prabowo menjalankan demokrasi yang benar.

"Kalau Anda bilang menang, tapi tidak ada basis konsesus validation-nya itu namanya konyol. Dan Anda yakini itu sebagai kebenaran dan Anda hidup di dalamnya. Itu disebut delusi. Kalau delusi itu menetap, itu ciri gangguan kejiwaan," tekan Hamdi.

Penyakit Lima Tahunan

Di sisi lain, Hamdi juga menilai gangguan delusi politik Prabowo merupakan penyakit lima tahunan. Deklarasi kemenangan serupa juga pernah dilakukan pada 2014. Prabowo mendeklarasikan kemenangan dan melakukan sujud syukur.

"Karena ini siklus lima tahun, belum tentu masalah kepribadian yang sudah menetap dan sebagai gangguan jiwa delusional itu. Tapi paling tidak, menurut pandangan saya ini bisa kita sebut delusi politik Prabowo," ucap dia.

Hamdi menjelaskan yang harus dikhawatirkan dan disoroti dari delusi politik Prabowo ialah penularan gangguan delusi kepada masayrakat dan pendukung. Ia mengatakan jika delusi hanya terjadi pada satu orang tidak masalah. Namun, akan menjadi masalah besar bagi negeri ini ketika banyak orang terjangkit delusi.

"Menurut Saya, kalau dia delusi secara pribadi ini enggak terlalu masalah. Tapi ini, menjangkiti banyak orang dan pengikutnya, kemudian membuat penyakit ini menjadi penyakit kolektif," ujar dia.

Hamdi menjelaskan dalam ilmu psikologi, ada yang disebut narsisme kolektif. Gangguan delusi bersifat narsisme kolektif bisa membahayakan negara.

Dalam psikologi, massa yang mengalami ganguan delusi dan sifatnya berjemaah akan membuka kemungkinan melakukan aksi berjamaah. Aksi tersebut juga membuka kemungkinan merusak (destruktif) dan anarkis.

"Ini bisa dipakai sebagai delegitimasi terhadap KPU. Dari KPU menjalar ke delegitimasi terhadap pemerintahan. Kalau ini terdelegitimasi semua, ada alasan untuk mengambil alih," beber dia.


(OJE)


Annisa ayu artanti • 19 April 2019 12:36

MEDICOM