Beritaterheboh.com - Calon Presiden Nomor Urut 02 Prabowo Subianto menyebut akusisi 51% saham Freeport cuma etok-etok (pura-pura). Menurutnya, di New York Stock Exchange (NYSE), Freeport justru untung besar. Ini penjelasan pengamat
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada ( UGM), Fahmy Radhi menilai kepentingan ekonomi Freeport McMoran (FCX) akan menurun seiring PT Inalum (Persero) berhasil menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia (PTFI).
Fahmy menjelaskan, kepentingan ekonomi FCX akan susut menjadi 40% di PTFI setelah Inalum berhasil menguasai 51% saham Freeport Indonesia.
"Sebelum divestasi 51% saham Freeport, memang benar sekitar 80%, tetapi setelah divestasi 51%, keuntungan yang mengalir ke Freeport McMoran sekitar 40%," kata Fahmy saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Minggu (31/3/2019).
Fahmy menilai, kepentingan ekonomi FCX sekitar 81% merupakan kondisi di saat pemerintah belum menguasai 51% saham Freeport Indonesia.
"Iyes, kontribusi terhadap FCX sebelum divestasi 51%, kontribusinya akan turun sekitar 40%," ungkap dia.
Sebelumnya, Calon Presiden Nomor Urut 02 Prabowo Subianto menganggap keberhasilan pemerintah merebut saham Freeport Indonesia hanya sebagai kepura-puraan. Pasalnya menurut Prabowo laporan saham di NYSE, Freeport menikmati keuntungan sebesar 81%.
"Soal Freeport ya sesuai kontrak. Tetapi sadar nggak, Freeport di New York Stock Exchange benefitnya 81% ke mereka," terang dia.
"51% saham itu mungkin ya agak etok-etok (bahasa Jawa artinya pura-pura) Pak. Itu laporan dia, New York Stock Exchange," ungkap dia.
PT Inalum (Persero) sebagai pemegang mayoritas saham PT Freeport Indonesia (PTFI) menjawab tudingan mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said soal Freeport. Sebelumnya Sudirman mengatakan meski PTFI dikuasai Indonesia tapi manfaat ekonominya dikuasai Freeport McMoRan, induk PTFI.
Lantas, apa jawaban Inalum?
"Inalum meneruskan participating agreement Rio Tinto yang memberikan kita hak atas dividen 82%, namun juga hak atas metal strip revenue sampai 2022 (habisnya participating agreement). Bukan hingga 2041," kata Head of Corporate Communication and Government Inalum Rendy Witoelar kepada detikFinance, Rabu (20/2/2019).
Rendi melanjutkan, melalui skema itu, Inalum akan mendapatkan penerimaan sebesar US$ 1,8 miliar dalam 4 tahun ke depan. Angka ini jauh lebih besar dari penerimaan tahun 2018 sebesar US$ 180 juta. (hek/zlf/detik.com)
from Berita Heboh https://ift.tt/2V85ABQ
via
IFTTT